Senin, 10 Maret 2014

Cermin Pendidikan



KATANYA, KATANYA, KATANYA
Kemarin, saya melihat acara televisi yang konon katanya menjadi tontonan nomor satu keluarga Indonesia. Memang kreatif dan cukup menghibur. Namun saya terkaget-kaget ketika melihat sebuah segmen yang menayangkan video kreatif ibu dan anak. Si anak dengan sangat lancar berjoget sambil bernyanyi yang tidak semestinya dilakukan anak kecil. Dan, tahu berapa usia si anak? Empat tahun !!. sungguh usia yang masih sangat belia. Dan, tahu bagaimana penampilan si ibu? Seorang wanita berjilbab !!
Oh, no. Bagaimana mungkin orang tua mendidik anaknya seperti itu, apalagi si ibu mengenakan jilbab. Seharusnya ia menjadi sosok ibu yang anggun dan kharismatik serta memberikan nilai-nilai positif kepada calon penerusnya. Tapi tidak, dengan bangga ia mempertontonkan “keahlian” anaknya di depan televisi. Pendidikan macam apa ini? Bagaimana jika ia tumbuh dewasa kelak? Akankah ia mengerti nilai-nilai kemanusiaan? Akankah ia mampu menghormati orang tuanya? Akankah ia menjunjung norma-norma masyarakat?. Tidak dapat dibayangkan. Dan parahnya lagi, tidak sedikit orang tua yang memberikan pendidikan tal layak tersebut kepada anak-anak mereka.
Sungguh mengerikan. Mau dibawa kemana masa depan negeri ini jika calon-calon penerusnya mendapatkan pendidikan yang abnormal ini? Katanya, indonesia menginginkan perubahan yang lebih baik. Katanya, pemuda adalah asaet bangsa. Katanya, indonesia selalu berbenah terhadap masalah pendidikan. Katanya, katanya, dan katanya. Tapi kenyataannya? Ah, sungguh hanya omong kosong.
Oke, kita tinggalkan masalah negara. Apa agama kalian? Apapun agama yang kalian anut, pasti kalian tidak setuju dengan pendidikan semacam ini. Tentunya jika berfikir jernih. Lalu mengapa ini yang terjadi?
Seorang ibu yang berjilbab sudah semestinya memahami perannya sebagai pendidik utama. Bukankah sebuah pepatah arab mengetakan bahwa “ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya”?. Berbekal pada kalimat ini, sudah seharusnya para muslimah mempersipakan diri sejak awal untuk menjadi pendidik yang super bagi anak-anaknya kelak. Mengajarkan nilai-nilai agama, kedisiplinan, kasih sayang, dan tentunya mengajarkan sumber utama islam, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Tidak sepantasnya anak mereka disuguhi dengan nyanyian-nyanyian yang tidak jelas maksud dan tujuannya, sementara mendengarkan al-Qur’an hanya dilakukan setidaknya satu minggu sekali. Sangat tidak pantas.
Mungkin, mungkin saja, mereka lupa dengan hadis yang menyatakan bahwa hanya ada 3 perkara yang mampu menolong seseorang di akhirat kelak. Yaitu ilmu yang bermanfaat, shadawah jariayah, dan doa anak yang sholeh. Seharusnya hadis ini sudah sangat jelas mampu menyadarkan bahwa pendidikan bagi anak sangatlah penting. Betapa indahnya jika sejak berusia 0 tahun, bahkan sebelum lahir ke dunia, seorang anak sudah diperkenalkan dengan al-Qur’an. Ya, pasti amsih ada yang melakukannya, tapi berapa banyak?
Jika saja anak yang disebutkan di atas mendapatkan pendidikan yang tepat, insya Allah dia akan menajdi anak yang sangat hebat. Calon pemimpin masa depan yang mampu membawa perubahan lebih baik. Mudah-mudahan saja masih banyak anak-anak berpotensi yang mendapatkan pendidikan tepat. Amin.
9 Maret 14



Tidak ada komentar:

Posting Komentar