KATANYA, KATANYA,
KATANYA
Kemarin, saya melihat acara televisi yang konon katanya
menjadi tontonan nomor satu keluarga Indonesia. Memang kreatif dan cukup
menghibur. Namun saya terkaget-kaget ketika melihat sebuah segmen yang
menayangkan video kreatif ibu dan anak. Si anak dengan sangat lancar berjoget
sambil bernyanyi yang tidak semestinya dilakukan anak kecil. Dan, tahu berapa
usia si anak? Empat tahun !!. sungguh usia yang masih sangat belia. Dan, tahu
bagaimana penampilan si ibu? Seorang wanita berjilbab !!
Oh, no. Bagaimana mungkin orang tua mendidik anaknya seperti
itu, apalagi si ibu mengenakan jilbab. Seharusnya ia menjadi sosok ibu yang
anggun dan kharismatik serta memberikan nilai-nilai positif kepada calon
penerusnya. Tapi tidak, dengan bangga ia mempertontonkan “keahlian” anaknya di
depan televisi. Pendidikan macam apa ini? Bagaimana jika ia tumbuh dewasa
kelak? Akankah ia mengerti nilai-nilai kemanusiaan? Akankah ia mampu
menghormati orang tuanya? Akankah ia menjunjung norma-norma masyarakat?. Tidak
dapat dibayangkan. Dan parahnya lagi, tidak sedikit orang tua yang memberikan
pendidikan tal layak tersebut kepada anak-anak mereka.
Sungguh mengerikan. Mau dibawa kemana masa depan negeri ini
jika calon-calon penerusnya mendapatkan pendidikan yang abnormal ini? Katanya,
indonesia menginginkan perubahan yang lebih baik. Katanya, pemuda adalah asaet
bangsa. Katanya, indonesia selalu berbenah terhadap masalah pendidikan.
Katanya, katanya, dan katanya. Tapi kenyataannya? Ah, sungguh hanya omong
kosong.
Oke, kita tinggalkan masalah negara. Apa agama kalian?
Apapun agama yang kalian anut, pasti kalian tidak setuju dengan pendidikan
semacam ini. Tentunya jika berfikir jernih. Lalu mengapa ini yang terjadi?
Seorang ibu yang berjilbab sudah semestinya memahami perannya
sebagai pendidik utama. Bukankah sebuah pepatah arab mengetakan bahwa “ibu
adalah sekolah pertama bagi anaknya”?. Berbekal pada kalimat ini, sudah
seharusnya para muslimah mempersipakan diri sejak awal untuk menjadi pendidik
yang super bagi anak-anaknya kelak. Mengajarkan nilai-nilai agama,
kedisiplinan, kasih sayang, dan tentunya mengajarkan sumber utama islam, yaitu
al-Qur’an dan as-Sunnah. Tidak sepantasnya anak mereka disuguhi dengan
nyanyian-nyanyian yang tidak jelas maksud dan tujuannya, sementara mendengarkan
al-Qur’an hanya dilakukan setidaknya satu minggu sekali. Sangat tidak pantas.
Mungkin, mungkin saja, mereka lupa dengan hadis yang
menyatakan bahwa hanya ada 3 perkara yang mampu menolong seseorang di akhirat
kelak. Yaitu ilmu yang bermanfaat, shadawah jariayah, dan doa anak
yang sholeh. Seharusnya hadis ini sudah sangat jelas mampu menyadarkan
bahwa pendidikan bagi anak sangatlah penting. Betapa indahnya jika sejak
berusia 0 tahun, bahkan sebelum lahir ke dunia, seorang anak sudah diperkenalkan
dengan al-Qur’an. Ya, pasti amsih ada yang melakukannya, tapi berapa banyak?
Jika saja anak yang disebutkan di atas mendapatkan
pendidikan yang tepat, insya Allah dia akan menajdi anak yang sangat hebat.
Calon pemimpin masa depan yang mampu membawa perubahan lebih baik.
Mudah-mudahan saja masih banyak anak-anak berpotensi yang mendapatkan
pendidikan tepat. Amin.
9 Maret 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar